cpu-data.info

Rata-rata Perusahaan Asia Tidak Sadar Telah Diretas

Ilustrasi
Lihat Foto

- Banyak organisasi di Asia tidak terlindungi dengan baik dari serangan cyber, berdasarkan laporan sebuah perusahaan keamanan di Amerika Serikat.

Investigasi yang berlangsung selama satu tahun oleh Mandiant menunjukkan, rata-rata selang waktu antara pembobolan sampai ketahuan adalah 520 hari – tiga kali lebih lama dibandingkan jangka waktu rata-rata secara global.

Asia juga 80 persen lebih mungkin menjadi target para peretas dibanding wilayah lain di dunia, kata laporan itu.

Disebutkan, rata-rata 3,7 Gigabyte data dicuri dalam setiap serangan. Data yang dicuri dapat berupa puluhan ribu dokumen.

Meski demikian, sebagian besar insiden tidak dibuka ke publik karena kawasan Asia tidak memiliki hukum tentang pengungkapan dokumen.

Grady Summers, chief technology officer perusahaan induk Mandiant, FireEye, menyebut temuan itu 'sangat mengkhawatirkan.'

“Kami tahu respons terhadap insiden cyber di Asia seringkali tertinggal dari kawasan lain, namun sebelumnya kami tidak tahu bahwa separah ini,” kata pria itu kepada BBC.

BBC Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menemukan serangan cyber pada 2015, dalam satuan hari. Worldwide = seluruh dunia; EMEA = Eropa, Timur Tengah, Afrika; APAC = Asia Pasifik.
Sebagai bagian dari penelitian, Mandiant meretas jaringan salah satu organisasi dengan izin untuk mencari tahu seberapa rentan jaringan tersebut.

“Dalam tiga hari kami sudah mendapatkan semua informasi penting,” kata Summers.

“Jika satu kelompok peretas dapat melakukan hal yang sama dalam tiga hari, bayangkan apa yang dapat mereka lakukan dalam 520 hari.”

Ancaman nasional

Mandiant telah menerbitkan laporan tentang keamanan global selama enam tahun belakangan ini, tetapi ini pertama kalinya mereka fokus di Asia.

Penelitian itu termasuk uji kerawanan pada sekitar 22.000 komputer di berbagai sektor.

Mandiant memperingatkan, pembobolan yang tidak ditemukan atau tidak dilaporkan dalam waktu lama dapat melemahkan daya saing ekonomi atau keamanan suatu negara.

Peretas dapat mengambil alih infrastruktur kunci seperti pembangkit listrik, yang pernah terjadi di Ukraina, dan bahkan sistem transportasi di kota yang disebut “kota pintar”.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat