Ini Dia, Hasil Potret Galaxy K Zoom Halaman all -
- Bayangkan skenario berikut: Anda sedang berjalan-jalan santai di taman, sibuk memotret suasana yang indah terhampar dengan smartphone. Matahari menjelang terbenam, cahaya sore menembus pepohonan menerangi anak-anak yang bermain di tanah lapang. Pemandangan yang menarik untuk diabadikan.
Tiba-tiba seekor tupai menarik perhatian Anda. Hewan itu mengumpulkan buah yang terjatuh di tanah, lalu memanjat pohon terdekat dan menikmati makanannya di sana. Anda mengarahkan ponsel ke atas pohon, tempat ia berada. Kamera dibidik, lalu… klik!
Sial, jarak si tupai terlalu jauh. Hasil jepretan tidak memuaskan karena subyek foto tenggelam di tengah rimbun dedaunan. Memanjat pohon untuk lebih mendekati tupai pun tak mungkin karena ia pasti akan segera kabur dan menghilang.
Jika pernah mengalami momen serupa cerita di atas, mungkin Anda termasuk orang yang mendambakan lensa zoom pada kamera ponsel.
Ya, ponsel berkamera memang praktis, tapi sayangnya kebanyakan dari mereka memiliki lensa fixed yang terpaku pada focal length tertentu saja dan tidak bisa melakukan zoom in dan zoom out tanpa menurunkan resolusi.
Kemampuan melakukan zooming itulah yang ditawarkan Samsung melalui produk bernama Galaxy K Zoom. Ponsel Android ini dibekali dengan rangkaian lensa zoom 10x yang memiliki rentang focal length 24-240mm (setara full-frame) atau dari cakupan wide hingga tele.
Pengguna Galaxy K Zoom pun bisa melakukan zoom in untuk lebih mendekati subyek yang jaraknya tauh tanpa harus benar-benar melangkahkan kaki. Kemampuan zoom-in ideal untuk momen seperti tupai di taman tadi dan kesempatan lain seperti ketika berada di balik pagar kebun binatang atau konser musik
Nah, setelah sebelumnya membahas secara singkat kemampuan kamera pada Galaxy K Zoom, KompasTekno berkesempatan memakai perangkat gabungan smartphone dan kamera saku ini ketika mengunjungi London, Inggris, dua minggu lalu.
Simak hasil penelusuran KompasTekno menggunakannya dalam rangkaian foto berikut.
Jauh pun dekat
Dimulai dengan contoh kasus si tupai di taman, berkat kemampuan optical zoom yang dimilikinya, Galaxy K Zoom berhasil menangkap gambar dengan komposisi dan framing yang cukup memuaskan.
Lensa ketika itu mentok di 240mm, jangkauan zoom in terjauh. Kecepatan autofokus menurun di posisi tele maksimal ini. Ditambah dengan kecepatan rana 1/45 detik yang dipilih oleh Galaxy K Zoom (mode “Program Exposure”), diperlukan sedikit usaha untuk memperoleh foto yang fokus dan tidak mengalami motion blur.
Setting auto-exposure pada Galaxy K Zoom memang cenderung memilih angka ISO yang rendah untuk memaksimalkan kualitas gambar, dengan konsekuensi penurunan shutter speed yang kadang membuat buram.
Sejauh apa cakupan lensa Galaxy K Zoom? Ilustrasinya bisa dilihat pada foto perbandingan di bawah.
Dari sini bisa dilihat bahwa cakupan 24mm pada lensa Galaxy K Zoom mampu memberikan efek perspektif wide angle yang menarik, tanpa menjadi sulit digunakan karena terlalu lebar.
Di ujung sebaliknya, sisi tele lensa tersebut mampu menangkap detail-detail dari obyek foto yang berada di kejauhan. Perspektif yang dihasilkan pun berbeda karena efek optis.
Setting wide membuat pemisahan antara obyek di latar depan dan belakang menjadi kentara, sementara setting tele “memampatkan” semua obyek sehingga tampak seolah berada dalam focal plane yang sama.
Pengguna pun bisa leluasa melakukan framing. Ingin memfoto keseluruhan gerbang Wellington Arch atau detil patung chariot di atasnya? Menggunakan Galaxy K Zoom, kedua pilihan itu bisa dilakukan dengan sama mudahnya.
Kualitas tangkapan gambar Galaxy K Zoom terlihat tajam ketika lensa berada di posisi wide dan mengalami sedikit penurunan kualitas dengan pinggiran yang sedikit soft ketika lensa berada di posisi tele maksimum.
Namun hal ini wajar terjadi di lensa zoom dengan jangkauan serupa, bahkan yang dirancang untuk kamera DSLR mahal sekalipun. Focal length terpanjang biasanya memang merupakan salah satu titik lemah lensa zoom.
Gambar hasil tangkapan Galaxy K Zoom menampakan artifak kompresi JPEG ketika di-zoom 100 persen di layar komputer, namun hal ini pun wajar terjadi dan juga ditemukan pada smartphone dan kamera digital yang sekelas.
Natural
Bicara soal perbandingannya dengan produk lain, kamera milik Galaxy K Zoom lebih mirip dengan kamera saku digital ketimbang kamera smartphone. Sensor 20 megapixel yang tertanam di ponsel ini memiliki ukuran fisik 1/2,3 inci, penampangnya sedikit lebih luas dari sensor kamera smartphone yang biasanya dipatok sebesar 1/3 inci.
Hasil tangkapan gambarnya pun cenderung lebih natural, dengan kontras dan saturasi warna yang lebih rendah dibandingkan, misalnya, kamera ponsel seri Galaxy lain dari Samsung seperti Galaxy S5.
Selain tampak lebih natural, karakter kontras dan saturasi yang lebih soft itu memungkinkan Galaxy K Zoom menangkap rentang tonal yang lebih luas dalam sebuah scene.
Area gelap pada frame lebih memunculkan detil, sementara transisi tone terlihat lebih halus. Lagi-lagi, dibandingkan dengan kamera smartphone pada umumnya karena bagaimanapun juga ia tak dapat bersaing dengan kamera ber-sensor besar macam tipe 1 inci, micro four-thirds, APS-C, apalagi full-frame.
Di dalam ruangan dan kondisi gelap, kualitas gambar Galaxy K Zoom masih bisa diandalkan, asal masih tersedia cukup cahaya untuk mencegah motion blur dan kesulitan autofokus, terutama pada setting tele mengingat bukaan variable lensa ini akan turun hingga f/6.3 pada posisi 240mm.
Bunga cahaya
Ketika dipakai malam hari atau di dalam ruangan itu, Galaxy K Zoom menunjukkan kelemahan yang sedikit mengganggu. Lensa smartphone ini ternyata sangat rentan terhadap flare.
Alhasil, seringkali muncul anomali visual seperti ghosting, streaking, hingga “pelangi” di sekeliling sumber-sumber cahaya seperti lampu. Semakin tinggi intensitas sumber cahaya, semakin “ramai” efek yang dihasilkan, hingga salah satu lampu yang menyorot ke arah kamera pada gambar di bawah seolah mejadi “bunga cahaya”.
Flare yang meriah ini kemungkinan disebabkan oleh konstruksi lensa Galaxy K Zoom yang kompleks dan melibatkan banyak elemen lensa. Semakin rumit desain sebuah lensa, secara teori semakin rentan pula ia terhadap flare. Sisi positifnya, berkat desain besutan Samsung itu, lensa Galaxy K Zoom masih bisa masuk seluruhnya ke dalam bodi ponsel yang setebal 2cm.
Efek flare dan ghosting ini bisa dimanfaatkan secara kreatif untuk menambah keindahan foto sesuai selera. Namun, ia juga bisa cukup membuat pusing dalam kasus lain ketika muncul tanpa dikehendaki dan menimpa area penting, misalnya wajah subyek dalam foto.
Masih soal cahaya, Galaxy K Zoom menyediakan satu fitur unik yang jarang ditemui di kamera ponsel, yaitu kemampuan untuk memisahkan area metering dari area fokus. Ketika Anda menempatkan fokus subyek di bagian tengah frame, misalnya, metering cahaya bisa dilakukan di area berbeda, misalnya di pinggiran.
Untuk melakukannya, begitu kamera mengunci AF, tinggal sapukan jari dari area fokus (ditandai dengan kotak hijau) ke lokasi lain dalam frame. Sebuah bingkai kotak putih dengan garis terputus-putus akan mengikuti gerakan jari Anda untuk menunjukkan lokasi tempat pengambilan sample metering.
Kemampuan ini terasa berguna dalam situasi-situasi tertentu, seperti saat subyek mengalami backlight dan tampak gelap karena kamera berusaha menyeimbangkan exposure subyek dengan intensitas cahaya di sekeliling.
Pada salah satu foto di atas, misalnya, metering default di area tengah akan membuat daun-daun pohon di paruh atas frame menjadi gelap gulita, hitam polos karena kondisi backlight. Nah, dengan menggeser area metering dari bangunan ke arah pohon tersebut, bisa diperoleh exposure yang menampakkan daun dan bangunan dengan lebih seimbang.
Si Serba Bisa
Akhir kata, tak salah rasanya menyebut Galaxy K Zoom sebagai ponsel dengan kamera “serba bisa”. Fleksibilitas yang ditawarkan lensa zoom milik ponsel ini memungkinkan pengguna mengeksplorasi banyak kemungkinan foto tanpa terpaku pada satu focal length.
Obyek yang bisa dipotret pun menjadi beragam jenisnya. Ingin memotret pemandangan atau gedung klasik yang berdiri megah? Bisa! Bagaimana dengan detil menara jam Big Ben dan penjaga istana yang jaraknya 30 meter dari pagar tempat Anda berdiri? Itu pun bisa!
Untuk kasus seperti mobil balap itu, kamera DSLR dengan lensa tele yang berat totalnya bisa mencapai belasan kilogram jauh lebih cocok. Tapi, untuk penggunaan casual, termasuk ketika berjalan-jalan, tamasya, dan lain sebagainya, Galaxy K Zoom rasanya sudah memadai.
Terkini Lainnya
- Sony Aplha 1 II Diumumkan, Kamera Mirrorless dengan AI dan Layar Fleksibel
- Pengguna Threads Instagram Kini Bisa Buat Tab Feed Khusus Sendiri
- Waspada, Ini Bahayanya Menyimpan Password Otomatis di Browser Internet
- Tabel Spesifikasi Oppo Find X8 di Indonesia, Harga Rp 13 Jutaan
- Facebook Messenger Kedatangan Update Besar, Video Call Makin Jernih
- Apakah Aman Main HP Sambil BAB di Toilet? Begini Penjelasannya
- WhatsApp Rilis Fitur Voice Message Transcripts, Ubah Pesan Suara Jadi Teks
- Cara Mencari Akun Facebook yang Lupa E-mail dan Password, Mudah
- ZTE Nubia Z70 Ultra Meluncur, HP Bezel Tipis dengan Tombol Kamera Khusus
- Spesifikasi dan Harga Oppo Find X8 Pro di Indonesia
- Smartphone Vivo Y300 Meluncur, HP dengan "Ring Light" Harga Rp 4 Jutaan
- Oppo Find X8 Pro Punya Dua Kamera "Periskop", Bukan Cuma untuk Fotografi
- Ini Komponen Apple yang Akan Diproduksi di Bandung
- Inikah Bocoran Desain Samsung Galaxy S25 Ultra "Paling Dekat"?
- Jadwal M6 Mobile Legends, Fase Wild Card Hari Kedua