Mengapa Bencana Digital Terus Terjadi? (Bagian I)
AKHIR pekan lalu, sekaligus seumpama “simponi” kejadian Indonesia sekaligus global, tren gangguan TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) menyeruak lagi ketika layanan Microsoft alami global outage.
Inilah bencana digital tingkat dunia, setelah hari-hari sebelumnya terjadi di Tanah Air ketika ransomware menerjang PDN berimbas mundurnya seorang Dirjen Kominfo!
Pada Jumat, 19 Juli 2024, layanan Cloud Microsoft mengalami "global outage". Sejumlah layanan kritikal di beberapa negara terkena dampaknya.
Bahkan beberapa tokoh TI di dunia menganggap kejadian ini sebagai IT Outage terbesar sepanjang sejarah.
Jutaan perangkat Windows di seluruh dunia mengalami blue screen of death (BSOD) massal yang berdampak pada sejumlah layanan, mulai dari penerbangan, penyiaran, hingga perbankan di berbagai negara.
Data riset hasil Interos, perusahaan intelijen bisnis bidang pasok rantai dunia menujukkan, outage tersebut berdampak pada 674.620 direct enterprise customers (tier-1) dari Microsoft maupun CrowdStrike, serta 49 juta indirect customer.
Microsoft memperkirakan sekitar 8,5 juta perangkat Windows terkena dampak langsung dari logic error CrowdStrike ini.
Meskipun kurang dari 1 persen Microsoft's peng-instal global Windows, tetapi dampaknya mendunia.
Lebih dari 20 negara seluruh dunia terdampak, di mana 20 negara paling terdampak adalah Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, Jerman, Perancis, India, Spanyol, Italia, Belanda, Swedia, Denmark, Norwegia, Finlandia, Belgia, Swiss, Austria, Irlandia, Portugal, dan Selandia Baru.
Dan, Amerika Serikat merupakan negara nomor satu terdampak dari semuanya.
Sementara itu, outage ini berdampak ke hampir seluruh bidang industri seperti penerbangan, pelabuhan, logistik, kesehatan, perbankan, komunikasi, penyiaran, manufaktur, perdagangan, hingga asuransi.
Yang paling terasa dampaknya, seperti kita baca beritanya di , yaitu terjadinya penutupan dan penundaan skala besar pada pelabuhan dan bandara di banyak wilayah dunia.
Lebih dari 42.000 penerbangan tertunda secara global dan hampir 7.000 penerbangan dibatalkan secara global atau setara 6,2 persen seluruh penerbangan terjadwal (menurut Cirium, sebuah analis penerbangan).
Selain di sektor penerbangan, sektor pelabuhan juga terdampak hebat seperti pelabuhan dari New York hingga Houston dan Los Angeles menutup terminal peti kemas, sementara pada malam hari sebelum beroperasi kembali pada pagi harinya.
Pada sektor logistik, Amazon Warehouse menginformasikan beberapa layanan down seperti aplikasi pengaturan jadwal dan layanan IT internal "Anytime Pay", serta beberapa sistem mengalami bluescreen dan akhirnya ada penghentian operasional.
Terkini Lainnya
- Smartphone Vivo Y300 Meluncur, HP dengan "Ring Light" Harga Rp 4 Jutaan
- Oppo Find X8 Pro Punya Dua Kamera "Periskop", Bukan Cuma untuk Fotografi
- Ini Komponen Apple yang Akan Diproduksi di Bandung
- Inikah Bocoran Desain Samsung Galaxy S25 Ultra "Paling Dekat"?
- Jadwal M6 Mobile Legends, Fase Wild Card Hari Kedua
- Bocoran Isi Proposal 100 Juta Dollar AS Apple ke Kemenperin
- Samsung Galaxy Z Flip 7 FE Meluncur Tahun Depan?
- Oppo Find X8 Pro Punya Tombol "Quick Button", Apa Fungsinya?
- Algoritma Instagram Kini Bisa Direset, Rekomendasi Konten Bisa Kembali ke Awal
- Indonesia Juara Umum Kompetisi E-sports Dunia IESF 2024
- Cara Membuat YouTube Music "2024 Recap" yang Mirip Spotify Wrapped
- Dua Perangkat Apple Ini Sekarang Dianggap "Gadget" Jadul
- Pemerintah AS Desak Google Jual Browser Chrome
- Apakah Aman Main HP Sambil BAB di Toilet? Begini Penjelasannya
- Cara Pakai Rumus CEILING dan FLOOR di Microsoft Excel
- Bocoran Isi Proposal 100 Juta Dollar AS Apple ke Kemenperin
- Makin Pintar, Samsung Galaxy Z Fold dan Flip 6 Bisa Kerjakan Soal Matematika
- Epic Games Gratiskan 3 Game, Ada Konten untuk Game Olimpiade 2024
- 5 Cara Praktis untuk Screenshot di Windows 10 dan 11
- Gandeng Peneliti IST Austria, NeuralMagic, dan KAUST, Yandex Kembangkan Metode Kompresi LLM Inovatif
- Samsung Ungkap Fitur Galaxy AI Favorit Orang Indonesia