Game Adu Jotos "Street Fighter" Jadi Mata Kuliah di Kampus Ini
- Video game biasanya dimainkan untuk melepas penat. Namun kini, produk hiburan tersebut justru dipakai sebagai alat belajar di level universitas.
Hal ini dilakukan oleh salah satu kampus top di Amerika Serikat (AS), yaitu Universitas California Berkeley (UCB). Kampus ini memiliki satu mata kuliah tentang game adu jotos (fighting), salah satunya adalah seri game bertarung bikinan Capcom, Street Fighter.
Mata kuliah yang memiliki nama "The Art of Fighting Games" tersebut sebenarnya tidak fokus di game Street Fighter saja, melainkan game-game fighting lainnya.
Namun, UCB hanya menyebut game Street Fighter saja. Artinya, game yang mempopulerkan karakter macam Ryu, Ken, Zangief, Cammy, Dan Hibiki, dan lain sebagainya ini akan jadi salah satu game yang menjadi sumber pembelajaran dalam The Art of Fighting Games.
Terkait mata kuliah The Art of Fighting Games, seperti namanya, mata kuliah ini bertujuan untuk mengajari para mahasiswa tentang seni bertempur di dalam video game.
Baca juga: Lima Hari Dirilis, Game Palworld Lewati Rekor Counter-Strike 2
Selain itu, mata kuliah ini juga memungkinkan mahasiswa untuk lebih ahli dalam memainkan game fighting, terutama mempelajari kesalahan-kesalahan apa saja yang bisa dilakukan dalam sebuah pertandingan di video game berjenis fighting.
Di samping kemampuan bermain, mata kuliah ini juga akan fokus di hal lainnya yang berkaitan dengan game fighting yang dipelajari.
Beberapa di antaranya seperti budaya asal dari video game fighting tersebut, industri game fighting, hingga bahasa yang digunakan oleh game tersebut.
Jika membahas Street Fighter yang berasal dari Jepang, maka mahasiswa juga akan mendapatkan bonus belajar bahasa Jepang untuk level pemula.
Lantas, bagaimana dosen-dosen di UCB menilai tingkat kemampuan mahasiswa di mata kuliah ini?
Punya 4 penilaian
Menurut informasi penjelasan atau silabus The Art of Fighting Games, indikator penilaian mata kuliah ini ada empat aspek, yaitu meliputi kehadiran, tugas (PR), turnamen di dalam video game, dan tugas akhir.
Khusus turnamen, penilaian tak dilihat berdasarkan banyaknya kemenangan, melainkan seberapa lihai seorang mahasiswa menghindari kesalahan-kesalahan ketika mereka bermain video game tipe fighting.
Lalu untuk tugas akhir, mahasiswa akan ditantang untuk mengulik pengetahuan apa yang mereka dapatkan tentang video game tersebut, baik itu dari segi sejarah, karakter, budaya video game fighting di Jepang, dan lain sebagainya.
Nah, untuk bobot satuan kredit semester (SKS), mata kulah The Art of Fighting Games ini hanya memiliki bobot yang tergolong kecil, yaitu dengan 2 SKS, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari TheSunUK, Jumat (26/1/2024).
Terkini Lainnya
- 5 Besar Vendor Smartphone Dunia Akhir 2024 Versi Canalys
- OpenAI Rilis Fitur Tasks untuk ChatGPT, Ini Fungsinya
- Motorola Moto G Power 2025 Meluncur, HP Android Berstandar Militer
- Meluncur Besok, Intip Bocoran Harga dan Spesifikasi Oppo Reno 13 di Indonesia
- Viral Video Pria Transaksi Pakai Apple Watch, Apple Pay Sudah Bisa di Indonesia?
- Earbuds Nothing Ear (open) Resmi di Indonesia, Harga Rp 2,5 Juta
- Link Download Red Note, Aplikasi Pengganti TikTok yang Lagi Ramai
- Minggu, TikTok Dikabarkan Tutup Aplikasi di AS
- Induk Facebook PHK 3.600 Karyawan yang Kurang Kompeten
- Bos Instagram Bocorkan Jenis Konten yang Bakal Sering Dimunculkan di IG Tahun Ini
- Pilih Cloud Storage atau Hard Drive, Mana yang Ideal?
- Apa Itu Red Note? Aplikasi Pengganti TikTok yang Lagi Ramai di AS
- Honkai Star Rail 3.0 Meluncur, Ada 7 Update Karakter, Area, dan Mekanisme Game
- 4 Tips Hapus Jejak Digital di Internet dengan Aman
- Pemerintah Berencana Batasi Usia Bermedsos bagi Anak
- Fitur Baru Apple Music, Bisa Bikin Playlist Lagu Bareng Teman
- Pengguna TikTok Bakal Bisa "Upload" Video Berdurasi 30 Menit?
- Marketplace eBay PHK 1.000 Karyawan
- Pengguna iPhone Segera Install iOS 17.3, Ada 16 Celah Berbahaya
- Twitch Ganti Kebijakan, Kriteria Streamer yang Bisa "Gajian" Berubah