Twitter Izinkan Lagi Iklan Politik Setelah 4 Tahun Dilarang
- Sejak Oktober 2019 lalu, Twitter (kini X) melarang segala bentuk iklan politik beredar di platformnya.
Menurut Jack Dorsey yang menjabat sebagai CEO Twitter saat itu, langkah ini dilakukan untuk mencegah persebaran informasi palsu dari para pelaku politik di media sosial.
Kini di tangan Elon Musk, X Twitter kembali mengizinkan iklan politik beredar di platform. Amerika Serikat adalah wilayah pertama yang mendapat izin ini.
Hal ini disampaikan X dalam sebuah pengumuman yang diunggah di blog resmi mereka. Menurut X, kebijakan ini diterapkan sebagai bentuk komitmen X untuk mengedepankan kebebasan berpendapat.
"Kami akan kembali mengizinkan iklan politik berbayar beredar di X. Hal ini akan kami lakukan pertama kali di Amerika Serikat (AS), dan iklan-iklan politik tersebut akan kami izinkan beredar sesuai dengna kebijakan-kebijakan kami terkait iklan politik berbayar," tulis X Twitter.
Meski diizinkan beredar, pihak X Twitter mengeklaim akan tetap mengawasi beragam iklan politik yang beredar di platform mereka, sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku.
X Twitter juga mengatakan pihaknya akan tetap memantau dan menolak iklan-iklan politik yang palsu, menggiring opini, memperkeruh suasana pemilihan umum (pemilu), dan lain sejenisnya.
Baca juga: Elon Musk Disoraki Saat Nonton Turnamen Valorant, Penonton: Kembalikan Twitter!
"Kami juga akan melakukan proses penyarikan iklan politik yang sangat ketat, demi memastikan bahwa hanya beberapa grup atau orang tertentu saja yang bisa menyebarkan kampanye politik mereka di Twitter," imbuh X Twitter.
Belum bisa dipastikan kapan kebijakan ini akan berlaku di X Twitter. Tidak disebutkan pula kapan negera-negara lain, di samping AS tadi, akan dibolehkan untuk menyebarkan iklan politik di platform.
Namun, setelah pengumuman ini, ada kemungkinan pengguna X, terutama di AS, akan sering melihat beberapa iklan politik yang beredar di linimasa, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Variety, Rabu (30/8/2023).
Melarang iklan politik beredar sejak 2019
Penghentian ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran informasi palsu dari para pelaku politik di media sosial.
Hal tersebut diutarakan Jack Dorsey melalui akun Twitternya. Ia mengatakan bahwa pesan-pesan politik yang beredar di Twitter seharusnya ditampilkan apa adanya dengan cara yang elegan, bukan ditampilkan dengan cara membayar sepeser uang.
Dorset kala itu melanjutkan bahwa selama ini, penyebaran iklan melalui internet memang sangat efektif bagi para pengiklan.
Oleh karena itu hal tersebut membawa risiko yang besar ketika digunakan dalam konteks politik. Dengan kata lain, iklan politik bisa mempengaruhi pilihan yang kemudian berpengaruh pada kehidupan jutaan orang.
Terkini Lainnya
- Daftar Aplikasi Android Terbaik 2024, ShopeePay Nomor 1 di Indonesia
- Instagram Hapus Fitur "Ikuti Hashtag", Ini Alasannya
- 5 Tips Menatap Layar HP yang Aman buat Mata, Penting Diperhatikan
- Aplikasi ChatGPT Kini Hadir untuk Semua Pengguna Windows, Tak Perlu Bayar
- Apa Itu Spam di WhatsApp? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
- Casio Umumkan Ring Watch, Jam Tangan Cincin Harga Rp 2 Juta
- Cara Menghapus Akun Facebook yang Sudah Tidak Dipakai, Mudah dan Praktis
- HP "Underwater" Realme GT 7 Pro Rilis Global, Ini Spesifikasinya
- Yahoo Mail Kebagian Fitur AI, Bisa Rangkum dan Balas E-mail Langsung
- Perbedaan Chromebook dan Laptop Windows yang Perlu Diketahui
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- AMD Bikin Kartu Grafis Radeon RTX 7900 XTX Edisi Khusus Avatar
- Samsung Galaxy A14 Jadi HP Android Paling Laris di Dunia
- Apple Promosi Acara 12 September Pakai Emoji Khusus di X Twitter
- Sony Umumkan Kamera Mirrorless Alpha A7C II dan A7CR
- Gadget yang Bakal Dirilis di Apple Event 12 September, Ada iPhone 15?