Tuvalu Ingin Pindahkan Negaranya ke Metaverse karena Terancam Tenggelam

- Metaverse kini dipertimbangkan menjadi tempat alternatif sebagai tempat bernaung suatu negara. Setidaknya begitulah bagi Tuvalu, negara keempat dengan wilayah paling kecil di dunia.
Baru-baru ini, pemerintah Tuvalu mengungkapkan bahwa pihaknya ingin memindahkan negaranya ke dunia digital, yakni metaverse. Opsi ini dipertimbangkan mengingat sembilan pulau di Tuvalu berada di dataran rendah dan terancam tenggelam gara-gara pemanasan global (global warming).
Global warming disebut-sebut membuat Tuvalu dilanda air pasang dan banjir setiap awal tahun. Penduduk pun khawatir kenaikan air pasang itu akan semakin parah dari tahun ke tahun.
Di sisi lain, para ilmuwan memprediksi bahwa sembilan pulau yang ditempati penduduk Tuvalu bakal tidak dapat dihuni dalam 100 tahun ke depan atau bahkan lebih cepat. Hal inilah yang membuat pemerintah ingin memindahkan negaranya ke metaverse.
Meski belum ada definisi yang pasti, metaverse digambarkan sebagai dunia digital di mana setiap orang bisa berinteraksi, bekerja, bermain game, dan melakukan hal lainnya seperti di dunia nyata.
Di metaverse, setiap orang bakal direpresentasikan dalam bentuk avatar 3D yang unik. Semua hal itu bakal ditampilkan secara real-time berdasarkan data sensor yang menangkap objek 3D dunia nyata, gerakan, audio, dan banyak lagi. Data sensor itu terpasanng di beberapa perangkat, seperti headset Virtual Reality (VR) dan sarung tangan haptic.
"Ketika tanah kami menghilang, kami tidak punya pilihan selain menjadi negara digital pertama di dunia," kata Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe dalam pidatonya di KTT Iklim COP27, yang disampaikan dengan latar belakang pulau digital.
"Tanah kami, lautan kami, budaya kami adalah aset paling berharga milik orang-orang kami — dan untuk menjaga mereka tetap aman dari bahaya, apa pun yang terjadi di dunia fisik, kami akan memindahkan mereka ke awan (cloud)," imbuh Kofe.
Baca juga: Perempuan Ini Mengaku Diperkosa di Metaverse Bikinan Facebook

"Sedikit demi sedikit kami akan melestarikan negara kami, memberikan penghiburan bagi rakyat kami, dan mengingatkan anak-anak dan cucu-cucu kami seperti apa rumah kami dulu," kata Kofe.
Saat memberikan pidato, Kofe juga mendesak agar masyarakat global mengambil aksi konkret untuk memerangi pemanasan global. Bila tidak, bakal ada wilayah-wilayah lain yang beralih ke metaverse.
Baca juga: Ketika Metaverse Jadi Tempat yang Berbahaya untuk Anak...
Mustahil negara pindah ke metaverse?
Ambisi Tuvalu untuk memindahkan negaranya ke digital bukan sesuatu yang mustahil, namun juga bukan pekerjaan yang mudah. Sebab, sekelas Meta (induk Facebook, WhatsApp, Instagram) saja mengungkapkan bahwa mewujudkan metaverse tak semudah membalikkan telapak tangan.
Menurut Meta, setidaknya dibutuhkan waktu lima hingga sepuluh tahun atau satu dekade untuk benar-benar mewujudkan metaverse. Waktu tersebut dibutuhkan untuk mengembangkan software dan hardware pendukung dunia virtual baru.
Bagi perusahaan semikonduktor raksasa Intel sendiri, teknologi yang ada saat ini masih belum mampu untuk mewujudkan visi dari metaverse itu sendiri. Menurut Intel, untuk mewujudkan metaverse dibutuhkan peningkatan efisiensi komputasi hingga 1.000 kali lipat dari teknologi yang sudah ada saat ini.
Baca juga: Zuckerberg Pecat 11.000 Karyawan Setelah Hamburkan Rp 232 Triliun untuk Metaverse
Tentang Tuvalu
Tuvalu sendiri merupakan surga kecil di kepulauan Polinesia. Negara yang sebelumnya bernama Ellice Islands ini, berlokasi di kepulauan Samudera Pasifik dengan luas wilayah daratan hanya sekitar 26 kilometer persegi.
Tuvalu adalah negara anggota Commonwealth, yang berbentuk monarki parlementer, sehingga Inggris yang bertanggung jawab menjaga kedaulatannya. Tak ada tentara atau kekuatan militer di negara ini.
Dilansir situs Tuvalu Island, negara terkecil keempat setelah Vatikan, Monako, dan Nauru ini, terdiri dari sembilan pulau kecil. Pulau-pulau tersebut adalah Niulakita, Nukulaelae, Funafuti, Nukufetau, Vaitupu, Nui, Niutao, Nanumaga, dan Nanumea.
Pulau Funafuti menjadi ibukota Tuvalu dan menjadi satu-satunya tempat dengan akomodasi dan transportasi. Funafuti ditempati sekitar 56,6 persen populasi dari Tuvalu yang mencapai 12.000 penduduk.
Baca juga: Apa Itu Metaverse dan Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
Terkini Lainnya
- Cara Download WhatsApp di Laptop dengan Mudah
- Menerka Arti Huruf "E" di iPhone 16e
- Tablet Huawei MatePad Pro 13.2 Rilis di Indonesia 26 Februari, Ini Spesifikasinya
- Daftar Harga YouTube Premium di Indonesia, Mulai dari Rp 41.500
- Cisco Umumkan AI Defense, Solusi Keamanan AI untuk Perusahaan
- Menggenggam HP Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate, Smartphone Tipis Rasa Tablet
- Smartphone Vivo Y29 4G Meluncur, Bawa Baterai Jumbo 6.500 mAh
- 3 Cara Mengaktifkan Touchpad Laptop Windows dengan Mudah dan Praktis
- HP Lipat Oppo Find N5 Sangat Tipis, Ini Rahasia di Baliknya
- Fitur Foto Anti-gagal di Samsung Galaxy S25 Ultra Ini Wajib Dipakai Saat Nonton Konser
- Gimbal Smartphone DJI Osmo Mobile 7 Pro Dirilis, Sudah Bisa Dibeli di Indonesia
- 10 Aplikasi untuk Menunjang Ibadah Puasa Ramadhan 2025 di iPhone dan Android
- Merekam Foto dan Video Konser Makin "Seamless" dengan Cincin Pintar Galaxy Ring
- Angin Segar Investasi Apple, Harapan iPhone 16 Masuk Indonesia Kian Terbuka
- Melihat Tampilan iPhone 16e, Serupa tapi Tak Sama dengan iPhone 14
- Asus Bikin ROG Phone 6 Edisi Diablo Immortal, Harga Rp 20 Juta
- Candy Crush Sudah 10 Tahun, 200 Juta Orang yang Masih Main Game Ini
- Fitur Direktori WhatsApp Business Hadir di Indonesia, Toko di WA Makin Gampang Dicari
- 10 Password Favorit Orang Indonesia, Ada Nandar001 dan Bismillah
- Qualcomm Bagi-bagi Topi Manchester United di Peluncuran Snapdragon 8 Gen 2, Ada Apa?