Alasan di Balik Microsoft Beli Activision Blizzard Hampir Rp 1.000 Triliun
- Microsoft sepakat membeli perusahaan game asal Amerika Serikat (AS) yang membuat seri game Call of Duty, Warcraft, dll, yaitu Activision Blizzard. Aksi korporasi ini bernilai 68,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 986 triliun.
Proses transaksi ini diperkirakan bakal selesai pada 2023 mendatang dan akan menjadikan akuisisi Microsoft atas Activision Blizzard ini merupakan terbesar sepanjang sejarah industri game.
Sebelumnya, akuisisi game terbesar dinobatkan kepada pemilik studio game pembuat seri game Grand Theft Auto (GTA) Rockstar Games, yaitu Take-Two yang membeli Zynga senilai 12,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 181 triliun) sekitar pekan lalu.
Baca juga: Pemilik Game GTA Siap Akuisisi Pembuat Farmville Senilai Rp 181 Triliun
Selain itu, angka ini juga merupakan akuisisi terbesar sepanjang sejarah Microsoft, setelah mereka mencaplok platform jejaring sosial untuk kebutuhan profesional, LinkedIn senilai 26,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 349 triliun) pada 2016 lalu.
Lantas, apa alasan Microsoft rela mengeluarkan uang nyaris Rp 1.000 triliun untuk meminang Activision Blizzard? Jawabannya mungkin ada di beberapa perusahaan dan pengembang game ternama yang berada di bawah naungan Activision Blizzard itu sendiri.
Infinity Ward dan Sledgehammer Games, misalnya, dikenal sebagai studio game yang melahirkan seri game populer Call of Duty yang kini hadir dalam beberapa judul game di PC, konsol, hingga smartphone.
Kemudian ada Blizzard Entertainment yang membuat beberapa seri game yang namanya sudah tak asing lagi di kalangan gamers, yaitu Warcraft, Diablo, Overwatch, hingga Starcraft.
Ada pula King yang merupakan pembuat salah satu game terpopuler di smartphone, yaitu Candy Crush, hingga Toys for Bob yang membuat remake dan sekuel dari dua game ikonik di era 2000-an, yaitu Spyro: Reignited Trilogy dan Crash Bandicoot 4: It's About Time.
Baca juga: Activision Beli Candy Crush Saga Rp 80 Triliun
Selengkapnya, berikut daftar perusahaan dan studio game yang berada di bawah payung Activision Blizzard, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari NewsWeek, Rabu (19/1/2022).
- Activision Publishing
- Blizzard Entertainment (Overwatch, Diablo, World of Warcraft, Starcraft)
- Beenox (Call of Duty)
- Demonware (Respawn Heroes)
- High Moon Studios (Call of Duty)
- Infinity Ward (Call of Duty)
- King (Candy Crush)
- Major League Gaming (e-sports organizer)
- Radical Entertainment (Prototype Remasters)
- Raven Software (Call of Duty: Warzone)
- Sledgehammer Games (Call of Duty: Vanguard)
- Toy for Bob (Spyro remaster dan sekuel Crash Bandicoot)
- Treyarch (Call of Duty)
Microsoft ingin fokus ke mobile
Selain daftar perusahaan Activision Blizzard yang cukup banyak dengan game-game populer, alasan lain yang mendorong Microsoft mengeluarkan uang sebanyak itu adalah impian untuk fokus di segmen mobile, seperti apa yang dikatakan CEO Microsoft Gaming, Phil Spencer belum lama ini.
"Mobile adalah segmen terbesar di industri game, di mana sekitar 95 persen pemain game di seluruh dunia bermain game via smartphone," jelas Phil dalam sebuah pengumuman di blog Microsoft.
Dengan adanya King sebagai pengembang salah satu game terpopuler di smartphone, maka Phil mengatakan pihaknya bisa membuat seri game Microsoft populer macam Halo menjangkau lebih banyak pemain, serta bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja.
Rencana Microsoft untuk menekuni segmen mobile ini sejalan dengan apa yang dilakukan Take-Two yang mengakuisisi Zynga pekan lalu. Diketahui, Zynga sendiri dikenal sebagai pembuat game smartphone yang sama populernya dengan Candy Crush, yaitu Farmville.
Alasan-alasan lainnya yang membuat Microsoft ikhlas mengucurkan dana nyaris Rp 1.000 triliun itu adalah karena Activision Blizzard bisa menjadi jalan untuk mengembangkan layanan cloud gaming, serta menghadirkan lebih banyak game ke layanan berbayar Xbox Game Pass.
Baca juga: Seorang Pemain Candy Crush Habiskan Rp 37 Juta dalam Sehari
Terkini Lainnya
- 2 Tim Indonesia Lolos Grand Final "Free Fire" FFWS Global 2024 di Brasil
- Hati-hati, Hacker Gunakan File ZIP untuk Menyusup ke Windows
- Dua Perangkat Apple Ini Sekarang Dianggap "Gadget" Jadul
- Valuasi Induk TikTok Tembus Rp 4.755 Triliun
- WhatsApp Siapkan Desain Baru, Ini Bocoran Tampilannya
- Headphone Vs Earphone, Mana yang Lebih Aman Digunakan?
- Apa Itu Rumus COUNT di Microsooft Excel dan Contoh Penggunaannya
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel Baru?
- Arti Kata "Angst" Istilah Slang yang Sering Digunakan di Media Sosial
- Cara Menolak Otomatis Panggilan dari Nomor yang Disembunyikan di HP Android
- Cara Mengatasi Last Seen WhatsApp Tidak Berubah dengan Mudah dan Praktis
- Qualcomm Umumkan Chip Baru untuk Smart Home dan IoT
- Advan ForceOne Rilis di Indonesia, PC AIO dengan AMD Ryzen 5 6600H
- Dampak Memakai Headset Terlalu Sering dengan Volume Tinggi yang Penting Dihindari
- Lantai Data Center Microsoft Pakai Bahan Kayu, Ini Alasannya
- Selebriti dan Tokoh Publik yang Jadi Korban Video Deepfake Selain Nagita Slavina
- Sinyal 5G Bikin Emirates Setop Beberapa Rute Penerbangan ke AS
- Infinix Luncurkan Laptop Tipis INBook X2, Harga Mulai Rp 5 Juta
- Xiaomi Luncurkan Redmi Note 11 Series Versi Global Akhir Bulan Ini
- Tonga Terancam "Kiamat Internet"