Startup Yogyakarta Arutala Gunakan Konsep Metaverse untuk Pelatihan Medis
- Teknologi metaverse yang dipopulerkan oleh perusahaan induk Facebook, Meta, semakin ramai diperbincangkan publik.
Demi mempercepat adopsi dan manfaat metaverse di Indonesia, sebuah startup berbasis virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), PT Arutala Digital Inovasi (Arutala) memanfaatkan konsep metaverse ini untuk sarana pelatihan.
Arutala menggunakan teknologi VR dan AR untuk menciptakan dunia virtual, yang dipakai untuk pelatihan di bidang medis dan engineering.
CEO Arutala, Indra Haryadi menjelaskan bahwa saat ini tenaga kesehatan (nakes) tengah dihadapkan dengan risiko besar saat sedang bertugas di tengah pandemi.
Baca juga: Intel soal Metaverse: Teknologi Saat Ini Belum Mampu Mewujudkannya
Indra menilai bahwa nakes rentan tertular virus Covid-19 yang bisa saja tersebar lewat prosedur pelatihan memandikan pasien secara langsung di rumah sakit.
Melihat adanya kasus ini, Arutala berinisiatif untuk membangun ruang simulasi virtual dengan menggabungkan teknologi VR (Virtual Reality) dan AR (Augmented Reality) khusus bagi nakes yang sedang menjalani pelatihan.
Adapun ruang simulasi yang dimaksud diberi nama Bathing Patient VR. Seperti namanya, produk berbasis teknologi VR ini menyajikan kebutuhan simulasi memandikan pasien yang bisa dipakai oleh nakes.
"Alih-alih harus pergi ke rumah sakit, kami hadirkan rumah sakit kepada para nakes untuk kemudahan praktikum. Tentu hal ini juga dapat meningkatkan efisiensi pelatihan melalui apa yang kita sebut teknologi VR dan AR," ujar Indra dirangkum KompasTekno dari Antara News, Kamis (6/1/2022).
Indra mengklaim bahwa Bathing Patient VR dirancang dengan kondisi yang benar-benar menyerupai keadaan di rumah sakit.
Baca juga: Ramalan Bill Gates, Meeting Online Bakal Digelar di Metaverse
Selama proses pelatihan berlangsung, nakes tetap diberikan edukasi yang sama seperti ketika menjalankan training di rumah sakit.
Hanya saja, nakes tidak perlu menghabiskan sabun dan mencuci kembali alat-alat peraga seperti yang digunakan saat praktikum secara langsung.
Dengan demikian, risiko penularan virus dapat ditekan dan jumlah biaya yang diperlukan dapat berkurang, mengingat pelatihan dapat dilakukan secara virtual.
"Dengan menciptakan ruang baru melalui teknologi VR dan AR, kita dapat menekan angka risiko dan biaya di pelatihan pada kedua sektor tersebut untuk mencapai hasil yang optimal," jelas Indra.
Selain dapat menekan risiko penyebaran virus, bentuk pelatihan ini juga sejalan dengan pengembangan konsep dunia virtual Metaverse yang hadir di Indonesia.
Sebelumnya, teknologi Bathing Patient VR sudah terlebih dahulu diuji coba oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Terkini Lainnya
- Ada Tonjolan Kecil di Tombol F dan J Keyboard, Apa Fungsinya?
- Cara Kerja VPN untuk Membuat Jaringan Privat yang Perlu Diketahui
- Konsol Handheld Windows 11 Acer Nitro Blaze 8 dan Nitro Blaze 11 Resmi, Ini Harganya
- X/Twitter Akan Labeli Akun Parodi
- Deretan Laptop Baru Asus di CES 2025, dari Seri Zenbook hingga ROG Strix
- 5 Penyebab Tidak Bisa Lihat Profil Kontak WA Orang Lain
- Cara Logout Akun Google Photos dari Perangkat Lain
- Reaksi TikTok soal Rumor Bakal Dijual ke Elon Musk
- RedNote, Medsos China Mirip TikTok Jadi Aplikasi No. 1 di AS
- Pasar Ponsel Dunia Akhirnya Membaik, Naik 4 Persen Tahun Lalu
- 10 Jenis Cookies di Internet dan Fungsinya
- Fitur Baru ChatGPT Bisa Ngobrol ala Gen Z
- Sah, AS Perketat Ekspor Chip AI ke Pasar Global
- Cara Edit Foto Background Merah untuk Daftar SIPSS 2025, Mudah dan Praktis
- AI Grok Jadi Aplikasi Terpisah, Sudah Ada di iPhone
- Cara Kerja VPN untuk Membuat Jaringan Privat yang Perlu Diketahui
- Oppo A96 5G Resmi Meluncur, Harga Rp 4 Jutaan
- Nokia Luncurkan 4 Ponsel Baru Seri C dan G
- Tri Kini Jadi Produk Indosat Setelah IOH Beroperasi
- Telkomsel dan XL Axiata Catat Kenaikan Trafik Saat Natal dan Tahun Baru
- Samsung Rilis Proyektor Mini dengan Fitur Smart TV, Bisa Dipesan di Indonesia