Bisnis Semikonduktor Raup Untung di Tengah Kelangkaan Chip
- Selama pandemi Covid-19, industri teknologi diterpa krisis kelangkaan chipset yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Kondisi ini diprediksi masih akan terjadi hingga tahun depan.
Namun, di tengah krisis dan kelangkaan, produsen chipset justru meraup untung.
Menurut laporan dari firma riset TrendForce, apabila pendapatan 10 pabrikan chipset teratas digabung, akan mendapat total pendapatan 22,75 miliar dollar AS atau sekitar Rp 324,8 triliun (kurs Rp 14.200) di kuartal I-2021. Angka ini meningkat 1 persen di bandingkan kuartal sebelumnya.
Salah satu pemicunya adalah permintaan chipset yang meroket sejak awal pandemi Covid-19 di tahun 2020 lalu.
Sebab, banyak perusahaan yang membutuhkan perangkat penunjang kerja dari rumah dan instansi pendidikan yang menyelenggarakan sekolah dari rumah.
Belum lagi kebutuhan akan smartphone atau konsol game untuk sekadar menghibur diri di rumah selama karantina wilayah yang sempat diberlakukan di beberapa negara.
Baca juga: Ramalan Suram soal Kelangkaan Chip dari Intel dan Logitech
Walhasil, produsen perangkat meningkatkan permintaan untuk komponen semikonduktor untuk kelancaran produksi perangkat elektronik. Penjualan semikonduktor pun meningkat.
Untuk perangkat PC misalnya, penjualan komponen semikonduktor naik lebih dari 17 persen dibanding tahun 2019.
Menurut temuan TrendForce, para produsen chipset menaikan harga material wafer silikon agar tetap untung. Wafer sendiri merupakan material dasar yang digunakan untuk membuat semikonduktor.
Kenaikan harga dan tingginya permintaan inilah membuat mereka meraup untung. Dilihat dari pangsa pasar, perusahaan semikonduktor asal Taiwan TSMC menguasai pasar dengan persentase 55 persen.
TSMC mencatatkan pendapatan di kuartal I-2021 hampir 13 miliar dollar AS (sekitar Rp 185 triliun).
Angka tersebut naik 2 persen dibanding kuartal sebelumnya. Chip dengan manufaktur 7nm dan 16.12nm menjadi pendorong penjualan TSMC.
Selain TSMC, pendapatan PSMC juga meningkat 14 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Sementara SMIC membukukan kenaikan 12 persen. Begitu pula dengan beberapa produsen lain, yakni UMC, VIS, serta Tower and HHGrace.
Baca juga: Samsung Raup Untung di Tengah Kelangkaan Chipset
Kendati demikian, beberapa produsen tetap ada yang merugi. Samsung selaku produsen Exynos justru mengalami penurunan pendapatan 2 persen di kuartal I-2021 dibanding periode sebelumnya.
Salah satu penyebabnya adalah penutupan pabrik di Austin, Texas yang berlangsung selama lebih dari satu bulan akibat badai salju yang melanda wilayah tersebut. Penutupan operasional pabrik menyebabkan penundahaan produksi.
Terkini Lainnya
- ZTE Nubia V60 Design Resmi di Indonesia, HP "Boba" Harga Rp 1 Jutaan
- Tablet Infinix Xpad Versi 4G Resmi di Indonesia, Ini Harganya
- Terungkap, Hacker Pembobol Indodax dari Korea Utara
- Realme P2 Pro Meluncur, Spesifikasi Serba "Naik Kelas"
- Cara Jadwalkan Kirim Pesan Gmail di PC dan HP
- Kode Cek Nomor Telkomsel dan Cara Menghubunginya
- Cara Buat Menu Ceklis di Google Docs untuk Keperluan Dokumen
- Jawa Barat Sabet Medali Emas PON XXI Cabor E-sports Nomor Free Fire
- 3 Cara Cek Kesehatan Baterai Macbook dengan Mudah dan Praktis
- Cara Hapus Cache dan Riwayat Pencarian di Google Chrome
- Menpora Sebut Arena E-sports Jadi Venue Terbaik PON XXI 2024
- Game "Celestia: Chain of Fate" Bikinan Indonesia Rilis di PC dan Nintendo Switch
- Cara Mengatasi Akun Tidak Diizinkan Menggunakan WhatsApp, Jangan Panik
- Apple Intelligence Tak Bisa Digunakan di China dan Eropa, Kenapa?
- Bos ZTE Ungkap Faktor Utama Pendorong Ekonomi Digital di Indonesia
- Diperbarui, Proses "Onboard" WhatsApp Business API Kini Hanya Butuh 5 Menit
- Huawei Watch 3 Resmi Meluncur dengan HarmonyOS
- Smartfren Beli Saham Moratelindo Rp 360 Miliar untuk Gelar 5G
- Daftar Operator Seluler Indonesia Terbaik untuk Video Call
- Huawei Resmikan HarmonyOS, Sistem Operasi Alternatif Android