Pernyataan Terbaru Pavel Durov soal Kemunculan Iklan di Telegram

- CEO Telegram Pavel Durov mengungkapkan rencananya untuk memonetisasi platform buatanya setelah memiliki lebih dari 500 juta pengguna. Durov berencana menyisipkan iklan di Telegram dan menawarkan sistem berlangganan untuk pengguna premium.
Tampaknya, Telegram masih harus menjelaskan lebih banyak tentang rencana tersebut untuk meyakinkan penggunanya. Dalam unggahan terbaru di channel-nya, Durov meminta agar pengguna Telegram tidak perlu khawatir tentang rencana monetisasi itu.
Durov punya tiga alasan mengapa pengguna tak perlu risau. Pertama, Durov berjanji tidak akan ada iklan muncul di chat Telegram. Pengguna yang memanfaatkan Telegram sebagai aplikasi pesan instan tidak akan pernah melihat iklan.
Chat pribadi dan grup tetap akan bebas iklan. Iklan, kata Durov, hanya akan muncul di one-to-many channel, seperti channel "Durov" miliknya, di mana fitur ini belum ada di aplikasi pesan instan lain saat ini.
"Jadi, pengguna yang beralih dari aplikasi lama ke Telegram, tidak akan melihat lebih banyak iklan di keseharian mereka," kata Durov.
Baca juga: Isi Chat di WhatsApp Kini Bisa Dipindahkan ke Telegram, Begini Caranya
Kedua, Durov meyakinkan pengguna bahwa Telegram tidak akan memanfaatkan data pribadi pengguna untuk menargetkan iklan.
Kasus penggunaan data pribadi yang digunakan untuk menargetkan iklan oleh beberapa perusahaan teknologi menjadi sorotan dalam beberapa tahun belakang.
"Kami yakin, mengumpulkan data pribadi pengguna untuk menargetkan iklan seperti yang dilakukan WhatsApp-Facebook kurang etis. Kami lebih menyukai pendekatan kesadaran privasi seperti yang dilakukan DuckDuckGo: memonetisasi layanan tanpa menghimpun informasi dari penggunanya," kata Durov.
Untuk diketahui, DuckDuckGo adalah sebuah layanan mesin pencari mirip Google yang mengklaim tidak memanfaatkan data pribadi pengguna untuk monetisasi.
Durov juga mengklarifikasi bahwa iklan yang akan muncul di kanal nantinya bersifat kontekstual. Artinya, iklan akan disesuaikan dengan topik dari kanal tersebut, bukan berdasarkan data pengguna.
Baca juga: Hati-hati saat Pindahkan Isi Chat WhatsApp ke Telegram, Ini Sebabnya

"Di banyak negara, kreator konten di Telegram sudah memonetisasi konten mereka dengan menjual unggahan promosi di kanal mereka," jelas Durov.
Menurut Durov, sistem iklan tersebut kacau karena melibatkan pihak ketiga yang mengganggu pengalaman interaksi pengguna.
"Kami ingin memperbaiki situasi ini dengan menawarkan alternatif berbasis kesadaran privasi untuk pemilik kanal," imbuhnya, dirangkum KompasTekno dari Tech Hindustan Times, Senin (15/2/2021).
Nantinya, pengguna juga akan diberi opsi untuk menolak (opt-out) iklan.
"Tujuan utama kami adalah untuk membentuk kelas baru bagi kreator konten, yang berkelanjutan secara keuangan dan bebas memilih strategi terbaik untuk pelanggan (subscriber) mereka," jelas Durov.
Telegram juga berencana mencari keuntungan dari stiker premium dengan fitur ekspresif tambahan. Para pembuat stiker jenis baru ini juga akan mendapat komisi.
Durov mengatakan monetisasi dilakukan untuk mendukung pertumbuhan aplikasi, membuat Telegram tetap independen dan setia pada nilai mereka.
Baca juga: Pesaing Berat WhatsApp Bukan Telegram atau Signal, Menurut Zuckerberg
Terkini Lainnya
- Oppo Rilis Case dan Wallet Edisi Timnas Indonesia untuk Reno 13 F 5G
- 5 Aplikasi Al Quran untuk Mengaji Selama Puasa Ramadhan 2025
- Akamai Rilis Laporan "Defender Guide 2025" untuk Mitigasi Ancaman Siber
- Layanan Indosat HiFi Dikeluhkan Gangguan, Ada yang Sampai 9 Hari
- Cara Melihat Password WiFi di Laptop Windows 11 dengan Mudah dan Praktis
- Tabel Spesifikasi Nubia V70 Design di Indonesia, Harga Rp 1 Jutaan
- Google Bawa Fitur ala Circle to Search ke iPhone
- Microsoft Umumkan Muse, AI untuk Bikin Visual Video Game
- Chatbot AI Grok Jadi Aplikasi Terpisah, Bisa Diunduh di HP dan Desktop
- Perbedaan Spesifikasi iPhone 16 Vs iPhone 16e
- 5 Fitur Baru di DM Instagram, Sudah Bisa Dicoba di Indonesia
- Menerka Arti Huruf "E" di iPhone 16e
- Cara Download WhatsApp di Laptop dengan Mudah
- Tablet Huawei MatePad Pro 13.2 Rilis di Indonesia 26 Februari, Ini Spesifikasinya
- Daftar Harga YouTube Premium di Indonesia, Mulai dari Rp 41.500
- Internet Satelit Starlink Milik Elon Musk Sudah Bisa Dipesan
- Twitter Beri Tanda Khusus untuk Akun Resmi Pejabat Pemerintah Indonesia
- Facebook Mulai Batasi Konten Politik di Indonesia, Apa Dampaknya bagi Pengguna?
- Ternyata Ini yang Dilakukan Jack Ma Saat Menghilang 3 Bulan
- Cara Mengetahui Penyusup di Jaringan WiFi Kita