Baterai Smartphone di Eropa Akan Lebih Mudah Dilepas
- Pemanasan global dan isu lingkungan kini menjadi permasalahan yang sangat serius. Perubahan iklim yang ekstrim juga disebabkan oleh semakin banyaknya emisi gas karbon dari limbah elektronik.
Oleh karena itulah, Uni Eropa (UE) akan mendorong para vendor pembuat smartphone, tablet, dan earphone nirkabel untuk menggunakan baterai yang mudah diganti untuk setiap produk mereka.
Menurut laporan media asal Belanda, Het Financieele Dagblad, rencana kebijakan ini tengah disusun oleh badan eksekutif Uni Eropa.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa para pejabat UE berencana untuk mengajukan proposalnya secara resmi untuk didiskusikan bersama publik pada bulan depan.
Kebijakan ini muncul karena pihak Uni Eropa menganggap bahwa smartphone dengan baterai yang mudah dilepas, dapat menekan jumlah limbah elektronik.
Sebab, saat ini mayoritas ponsel yang diproduksi oleh para vendor, memiliki baterai yang sulit untuk diganti jika mengalami kerusakan.
Baca juga: Apple Bikin Robot Penambang Logam Mineral dari Limbah iPhone
Jika rusak, pemilik ponsel harus membawa perangkat ke gerai resmi untuk pergantian. Tak sedikit dari mereka yang justru memilih untuk membeli ponsel baru ketimbang mengganti baterai.
Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan para pengguna tak harus membeli ponsel baru ketika komponen baterai pada ponsel yang mereka miliki bermasalah.
Dengan demikian, jumlah limbah elektronik diharapkan dapat berkurang dengan siginifikan. Pasalnya, pihak Uni Eropa memperkirakan bahwa dunia teknologi menyumbang emisi karbon yang besar.
Dirangkum KompasTekno dari Business Insider, Rabu (4/3/2020), pada tahun 2016 saja Uni Eropa mencatat total limbah elektronik yang dihasilkan adalah 12,3 juta metrik ton, atau rata-rata 16,6 kg tiap penduduk.
Baca juga: Ada Komponen Berbahan Limbah di iPhone XS, XS Max, dan XR
Tak hanya itu, UE beberapa waktu lalu juga menginisasi untuk membuat standar pengisi daya telepon yang bisa digunakan untuk semua merek dan tipe perangkat. Namun tak sedikit vendor yang menolak.
Salah satunya adalah vendor Apple yang menolak gagasan ini pada bulan Januari lalu. Raksasa teknologi itu berargumen bahwa regulasi itu akan menghambat inovasi dan akan menghasilkan limbah sendiri.
Terkini Lainnya
- Oppo Run 2024 Digelar di Bali, Diikuti 5.700 Peserta dari 23 Negara
- Cara Mengubah Tulisan WhatsApp di iPhone dengan Mudah
- Cara Bikin Kata-kata untuk Hari Guru 2024 yang Berkesan via ChatGPT, Mudah
- Kemenperin Ungkap Aksesori Apple yang Diproduksi di Bandung
- Mengulik Desain Oppo Find X8 Pro, Ada Tombol Kamera "Quick Button"
- Oppo Find X8 Series Pakai Teknologi Baterai Karbon Silikon, Apa Keunggulannya?
- Bocoran Isi Proposal 100 Juta Dollar AS Apple ke Kemenperin
- Cara Pakai Rumus CONCAT di Microsoft Excel dan Contoh Penggunaannya
- Sony Aplha 1 II Diumumkan, Kamera Mirrorless dengan AI dan Layar Fleksibel
- Pengguna Threads Instagram Kini Bisa Buat Tab Feed Khusus Sendiri
- Waspada, Ini Bahayanya Menyimpan Password Otomatis di Browser Internet
- Tabel Spesifikasi Oppo Find X8 di Indonesia, Harga Rp 13 Jutaan
- Facebook Messenger Kedatangan Update Besar, Video Call Makin Jernih
- Apakah Aman Main HP Sambil BAB di Toilet? Begini Penjelasannya
- WhatsApp Rilis Fitur Voice Message Transcripts, Ubah Pesan Suara Jadi Teks
- MediaTek Helio P95 Meluncur, Pertama dengan HyperEngine
- Epic Games Rilis Pembaruan untuk Atasi "Lag" di Fortnite
- Earphone TWS Oppo Enco Free Segera Masuk Indonesia
- Xiaomi Redmi Note 9 dan Note 9 Pro Meluncur 12 Maret
- Oppo Reno3 Pro Versi Global Dirilis, Bawa Kamera Selfie 44 MP Tanpa 5G