Dicekik Jepang, Samsung Kesulitan Cari Bahan Baku Chip
- Pelaku industri teknologi di Korea Selatan seperti Samsung Electronics, dan SK Hynix bisa dibuat kesulitan dengan pembatasan ekspor bahan-bahan penting oleh Jepang belakangan ini.
Ada tiga bahan yang sebagian besar pasokannya di dunia dikuasai oleh Jepang, dan akan dibatasi ekspornya ke Korsel, yakni hydrogen fluoride untuk pembuatan chip, fluorinated polyimides untuk layar smartphone, dan photoresist untuk transfer pola sirkuit ke wafer semikonduktor.
Park Jea-gun, kepala Korean Society of Semiconductor & Display Technology mengatakan Samsung dan SK Hynix melirik negara lain, seperti Taiwan dan China untuk menambah pasokan bahan-bahan industri terkait.
SK Securities dilaporkan telah mengirim tim sales ke pabrik-pabrik atau joint venture milik pemasok yang berada di luar Jepang. Sementara, Samsung sedang mempertimbangkan sejumlah opsi untuk mengurangi dampak pembatasan ekspor.
Baca juga: Korea Selatan Serukan #BoycottJapan di Internet
Keterangan seorang sumber industri di Korsel yang dihimpun KompasTekno dari Reuters, Rabu (10/7/2019), menyebutkan bahwa sulit untuk mencari bahan-bahan dimaksud dari sumber lain.
“Kalaupun ketemu, kami harus melakukan pengujian dulu untuk memastikan kualitasnya jika dipakai produksi chip dalam jumlah besar,” sebut sang sumber yang tak mau namanya disebutkan itu.
Selama ini, Korsel memang bergantung pada Jepang sebagai pemasok bahan-bahan dimaksud. Stok beberapa bahan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Korsel hanya akan bertahan maksimal selama empat bulan.
Jepang menguasai 90 persen pasokan fluorinated polyimide di dunia, 70 persen pasokan hydrogen fluoride, dan 90 persen photoresist.
Pembatasan ekspor oleh Jepang berupa penghapusan nama Korea Selatan dalam daftar putih ekspor untuk bahan-bahan terkait. Akibatnya, tiap kali perusahan Jepang ingin mengekspor ke Korsel, proses perizinan yang ditempuh rumit dan memakan waktu lama hingga 90 hari.
Baca juga: Tiga Operator Korea Selatan Serentak Luncurkan Jaringan 5G
Sengketa antara Korsel dan Jepang ini berakar jauh ke belakang hingga masa Perang Dunia II.
Korsel menuntut perusahaan-perusahaan Jepang memberi kompensasi untuk warganya yang dimanfaatkan sebagai pekerja paksa. Sementara Jepang ngotot segala masalah ganti rugi sudah lama diselesaikan dalam perjanjian tahun 1965.
Korsel sudah membawa masalah sengketa kedua negara agar diselesaikan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sementara itu, Korsel juga mempertimbangkan tindakan balasan untuk pembatasan ekspor yang diterapkan oleh Jepang.
Terkini Lainnya
- Sabet Emas dan Perak, Jakarta Juara Umum PON XXI Cabor E-sports
- Spesifikasi dan Harga Realme 13 Pro 5G di Indonesia
- Jadwal MPL S14 Pekan Ini, Ada "Rematch" RRQ Hoshi Vs Evos Glory
- YouTube Kini Punya Tombol "Hype" untuk Dongkrak Popularitas Kreator Pemula
- Elon Musk Umumkan Blindsight, Inovasi agar Tunanetra Bisa Melihat Lagi
- Game "God of War Ragnarok" PC Resmi Meluncur, Ini Harganya di Indonesia
- Tablet Huawei MatePad Pro 12.2 dan MatePad 12 X Meluncur, Kompak Pakai Layar PaperMatte
- Mengenal Sehat Sutardja, Pionir di Balik Kesuksesan Marvell Technology
- YouTube Rilis Communities, Fitur Mirip Forum untuk Interaksi dengan Penonton
- Cara Login Akun BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO di HP Android dan iPhone
- Sony Mulai Jual Konsol PlayStation 5 Versi Refurbished, Hemat Rp 1 Jutaan
- Google Menang Gugatan di Uni Eropa, Batal Bayar Denda Rp 25 Triliun
- Cara Cek Aktivitas Login Akun Instagram biar Aman
- Advan 360 Stylus Pro Resmi di Indonesia, Laptop Convertible Harga Rp 7 Juta
- HP Realme 13 Pro 5G dan 13 Pro Plus 5G Resmi di Indonesia, Harga Rp 6 Jutaan