Data Pengguna iPhone di China Disimpan Operator Seluler Pemerintah

- Pemerintah China semakin ketat dalam mengawasi rakyatnya. Kali ini, seluruh data pengguna yang ada dalam iCloud disimpan oleh pemerintah setempat, lewat operator seluler milik negara.
China Telecom, operator seluler milik pemerintah itu kini menyimpan setidaknya lebih dari 130 juta data pengguna iPhone yang tersimpan dalam iCloud di China. Data tersebut termasuk nomor kontak, catatan, bahkan hingga foto dan video.
Meski pemerintah China mengatakan hanya sekadar menyimpan data, tentu saja aturan ini mengundang kecaman dan tak sedikit pengguna yang melontarkan kecurigaannya atas kebijakan ini. Media sosial Weibo pun menjadi sasaran "curhat" para pengguna atas kekecewaan mereka pada regulasi ini.
"Mereka (pemerintah China) akan mecuri hak privasi saya," ungkap salah satu pengguna.
"Saya takut ini akan menjadi jauh 'lebih aman' dari sebelumnya," tulis pengguna lain dengan nada sindiran.
Baca juga: Awas, Password iCloud Rentan Dicuri
Dikutip KompasTekno dari Cnet, Kamis (19/7/2018), langkah ini disebut sebagai tindakan untuk menjaga keamanan negara. Bahkan seorang ahli industri di China mengatakan bahwa ini adalah kesepakatan tepat yang dilakukan oleh pemerintah dan Apple.
"Tidak ada operator telekomunikasi yang akan mengelola dan memantau data pengguna, dan Apple memerlukan operator lokal Cina untuk menyediakan layanan jaringan," kata Xiang Ligang
Sejatinya, Apple memang tak memiliki pilihan lain. Pemerintah setempat memberikan ancaman akan memblokir layanan iCloud jika Apple tak mau menyimpan data pengguna di operator lokal.
Padahal sebelumnya, Apple sudah sepakat untuk memberi "kunci" akses terhadap data pengguna iCloud di China. Kunci tersebut disimpan oleh perusahaan pihak ketiga Guizhou Cloud Big Data yang kemudian malah menyerahkan penyimpanan data tersebut ke operator milik negara.
Tanggapan Apple
"Baru-baru ini China memberlakukan undang-undang baru yang mewajibkan layanan cloud yang ditawarkan kepada warga negaranya dioperasikan oleh perusahaan China dan data pelanggan China disimpan di negara tersebut," ungkap Apple dalam pernyataan resminya.
"Pilihan kami adalah menawarkan iCloud di bawah undang-undang baru atau berhenti menawarkan layanan. Kami memilih untuk terus menawarkan iCloud karena kami merasa bahwa menghentikan layanan ini malah akan memberi pengalaman pengguna yang buruk dan kurangnya keamanan data dan privasi bagi pelanggan kami di China," lanjut mereka.
Baca juga: Awal 2018, Penjualan Smartphone di China Terjun Bebas
China memang dikenal memiliki regulasi yang sangat ketat, khususnya untuk urusan teknologi dan internet. Beberapa situs populer seperti Facebook dan Twitter diblokir di sana. Sebagai gantinya, pemerintah menyediakan media sosial lain buatan lokal.
Kecepatan internet di sana pun diatur sedemikian rupa sehingga pengguna yang ingin mengakses halaman website asing akan mengalami koneksi yang jauh lebih lambat ketimbang saat mengakses website lokal.
Terkini Lainnya
- Asus Rilis Monitor Khusus E-sports, Refresh Rate Sampai 610 Hz
- Instagram Rilis Fitur Blend, Bisa Buat Feed Reels Bareng Teman
- 100 Ucapan Selamat Paskah yang Bermakna dan Cocok Diunggah ke Media Sosial
- Hands-on Samsung Galaxy A26 5G, HP Rp 3 Jutaan dengan Desain Elegan
- Harga iPhone XS dan XS Max Second Terbaru April 2025, Mulai Rp 4 Jutaan
- Daftar HP yang Support E-SIM XL buat Migrasi Kartu SIM
- Cara Mengatasi Gagal Aktivasi MFA ASN Digital karena Invalid Authenticator Code
- Cara Beli E-SIM Indosat dan Mengaktifkannya
- 75 Twibbon Paskah 2025 untuk Rayakan Kebangkitan Yesus Kristus
- Infinix Note 50s 5G Plus Meluncur, Smartphone dengan Casing Unik yang Wangi
- Jadwal MPL S15 Hari Ini, "Derby Klasik" RRQ Hoshi Vs Evos Glory Sore Ini
- Tablet Motorola Moto Pad 60 Pro dan Laptop Moto Book 60 Meluncur, Daya Tahan Jadi Unggulan
- WhatsApp Siapkan Fitur Baru, Orang Lain Tak Bisa Simpan Foto dan Video Kita
- Ini Perkiraan Harga iPhone Lipat Pertama
- 7 Penyebab Battery Health iPhone Turun Drastis yang Perlu Diketahui