Indonesia Kalah dari Afrika soal Kesadaran Perlindungan Data Pribadi

JAKARTA, - Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) belakangan ini ramai diperbincangkan, menyusul isu kebocoran data dalam proses registrasi kartu SIM prabayar. Terlebih lagi, muncul insiden pencurian data pengguna Facebook yang turut berdampak pada masyarakat Indonesia.
Menurut Ketua Cyber Law Center Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Shinta Dewi, naskah akademik Rancangan UU PDP sebenarnya sudah disusun sejak 2014. Hanya saja, urgensinya kala itu belum terlihat, sehingga belum menjadi prioritas pemerintah maupun parlemen.
Shinta Dewi pun mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang terlambat membahas UU PDP. Bahkan, beberapa negara di Afrika yang infrastruktur digitalnya belum sebaik Indonesia sudah punya UU PDP.
"90 negara berkembang sudah punya UU PDP sendiri. Bahkan 10 negara Afrika yang miskin sudah punya UU PDP," kata dia, Selasa (10/4/2018), di sela-sela Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Panja Pengamanan Data Pribadi Komisi I DPR RI, di parlemen.
Baca juga: UU Perlindungan Data Pribadi Belum Juga Disahkan, Ini Penghalangnya
Secara total ada 110 negara di dunia yang sudah memiliki UU PDP khusus, tanpa dicantolkan dengan regulasi lain.
Untuk sesama rumpun Asia Tenggara sendiri, Filipina, Malaysia, dan Singapura sudah mengesahkan UU PDP. Sementara Brunei, Thailand, dan Vietnam tengah membahas UU PDP di parlemen.
"Cuma Indonesia yang sampai sekarang bahkan belum dibahas di DPR," kata Deputi Direktur Riset Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam), Wahyudi Djafar dalam kesempatan yang sama.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Satya Widya Yudha, mengatakan pihaknya sepakat akan urgensi UU PDP dan mendorong pemerintah untuk segera memasukkan draft agar dibahas bersama di parlemen.
"Semua pihak sudah menganggap ini penting, saya juga bertanya ini kenapa bisa belum dibahas juga? Ini kan lucu," ia mempertanyakan.
Salah satu hambatan UU PDP adalah belum ada harmonisasi antar-kementerian terkait definisi, sanksi, dan hal-hal lainnya. Dalam hal ini antara UU PDP di bawah Kominfo dengan UU Administrasi Kependudukan (Adminduk) di bawah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
UU Adminduk mengatur soal data kependudukan yang sifatnya pribadi. Ada komponen pembahasan di dalam UU Adminduk yang beririsan dengan UU PDP, dan harus diselaraskan agar tak terjadi tumpang-tindih.
“Kan sekarang UU Adminduk sudah berjalan, kalau bisa diadopsi ke UU PDP saya kira akan selesai problem-nya. Kan sekarang belum terakomodir yang sudah berjalan di UU Adminduk ini,” kata Dirjen Dukcapil Kemendagri, Zudan Arif Fakrulloh.
Terkini Lainnya
- Oppo A3i Plus Resmi, HP Rp 3 Jutaan dengan RAM 12 GB
- Broadcom dan TSMC Ingin Pecah Intel Jadi 2 Perusahaan
- WhatsApp Sebar Fitur Tema Chat, Indonesia Sudah Kebagian
- Bocoran Harga Xiaomi 15 Ultra yang Meluncur Sebentar Lagi
- 2,5 Miliar Akun Gmail Terancam AI Hack
- Arti “Fortis Fortuna Adiuvat” yang Sering Muncul di Bio TikTok dan Instagram
- Ditunjuk Jadi "Staff Khusus", Berapa Gaji Elon Musk?
- Meta Bikin Mesin "Pembaca Pikiran" Bertenaga AI, Begini Bentuknya
- Cara Mengaktifkan Kembali M-Banking BCA Terblokir Tanpa Harus ke Bank
- 7 Game PS5 Menarik di Sony State of Play 2025, Ada Game Mirip GTA V
- Samsung Pinjamkan 160 Unit Galaxy S25 di Acara Galaxy Festival 2025
- 15 Masalah yang Sering Ditemui Pengguna HP Android
- Samsung Gelar Galaxy Festival 2025, Unjuk Kebolehan Galaxy S25 Series lewat Konser dan Pameran
- Apa Beda Login dan Sign Up di Media Sosial? Ini Penjelasannya
- Kenapa Kursor Laptop Tidak Bergerak? Begini Penyebab dan Cara Mengatasinya