cpu-data.info

Begini Cara Go-Jek agar Mitra Tidak Pakai "Tuyul"

Menu transportasi mobil Go-Car di tampilan aplikasi Go-Jek versi terbaru
Lihat Foto


- Selain menginisasi gerakan #HapusTuyul, Go-Jek juga tengah menyiapkan sistem keamanan yang dapat mendeteksi apakah mitra menggunakan aplikasi GPS palsu atau tidak. Seperti apa sistem ini bekerja?

Lewat video yang diunggah di akun Twitter resmi Go-Jek, Senin (20/1/2018), Vice President Dynamic Culture Go-Jek Sam Diah mengungkapkan setidaknya ada beberapa langkah antisipasi dalam sistem keamanan yang tengah dikembangkan ini.

Menurutnya, mitra Go-Jek yang terindikasi menggunakan GPS palsu akan mendapat notifikasi peringatan melalui ponselnya. Dan dalam tujuh hari mitra diberi kesempatan untuk menghapus aplikasi "tuyul" tersebut.

"Tujuh hari itu terhitung sejak Anda (mitra) mendapat notifikasi peringatan," ungkap Sam dalam pertemuan dengan mitra Go-Jek, seperti dirangkum KompasTekno dari rekaman video di akun Twitter perusahaan, Kamis (22/3/2018).

Kemudian jika mitra tersebut mengabaikan peringatan yang muncul dan tetap tidak menghapus aplikasi GPS palsu pada ponselnya, ia tidak akan bisa mencairkan bonus yang telah didapatkan.

"Meski di aplikasi masih tertera ada bonusnya, tapi tetap tidak bisa dicairkan," lanjutnya.

Setelah itu, mitra tersebut akan diberi sanksi suspend dengan jangka waktu yang sesuai tingkat pelanggaran. Dengan begitu mitra tidak akan dapat mencari penumpang dalam waktu tertentu.

Jika kemudian mitra tersebut masih melanggar dan terindikasi menggunakan aplikasi GPS palsu pada ponselnya, hukuman paling berat yang diberikan oleh Go-Jek adalah pemutusan kerja sama mitra.

Istilah "tuyul" belakangan memang marak menjadi perbincangan. "Tuyul" pada ojek online adalah kecurangan di mana driver menggunakan aplikasi "fake GPS" untuk mendapat penumpang meski berada jauh dari lokasi. Tentu ini merugikan konsumen karena mengacaukan estimasi waktu kedatangan driver.

Selain itu aplikasi "GPS palsu" ini juga digunakan untuk membuat order fiktif. Di mana dengan order fiktif ini pengemudi bisa meraup keuntungan bahkan tanpa harus beranjak dari tempatnya.

Dengan menggunakan aplikasi tuyul, para mitra taksi maupun ojek online ini tak perlu repot-repot melayani pelanggan. Mereka tinggal membuat order fiktif, lalu order tersebut diterima dirinya sendiri dengan akun lain dan secara otomatis kendaraan yang terlihat pada GPS di aplikasi bergerak seolah-olah tengah melayani penumpang.

Aksi "tuyul" ini disebut-sebut sebagai salah satu tindak pidana. Bahkan pada Februari lalu Polda Metro jaya menangkap 12 orang tersangka yang membuat order fiktif dengan menggunakan aplikasi tuyul ini.

Baca juga : Berapa Jumlah Pengguna dan Pengemudi Go-Jek?

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat